우편

02 Januari 2011

[Study Kasus] Penguasaan Iptek dapat Memberantas Kemiskinan

07-February-2007

Dua persoalan besar yang kini menghinggapi kaum Muslim adalah kemiskinan dan rendahnya kualitas pendidikan. Mayoritas kaum Muslim berada di dalam kubangan kemiskinan dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mampu bersaing dalam era global, tak ada pilihan bagi kaum Muslim kecuali meningkatkan penguasaan Iptek. Dengan penguasaan Iptek, kemiskinan dapat diberantas karena Iptek dapat meningkatkan daya tawar tenaga dan upah kerja. Oleh sebab itu, jihad yang tepat saat ini adalah meningkatkan perekonomian masyarakat dan kualitas pendidikan. Berikut penuturan KH Tarmizi Taher, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) beberapa waktu lalu:

Jihad memberantas kemiskinan tidak akan berhasil tanpa ada pembangunan ekonomi dan pengembangan teknologi. Tapi masalahnya, masalah ekonomi erat kaitannya dengan masalah politik. Bagaimana Anda melihat hal ini?
Pada masa lalu, ulama-ulama kita mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, seperti Ibnu Sina dalam bidang kedokteran dan Albiruni dalam bidang matematika, fisika, dan astronomi yang paling besar di dunia. Saat ini, tidak ada lagi ahli-ahli Islam yang memberikan sumbangan berarti pada kemajuan ilmu pengetahuan. Karena itu, umat Islam harus menyadari bahwa kemiskinan terkait dengan pendidikan. Kemiskinan dan pendidikan inilah yang harus dijadikan prioritas jihad. Kalau Indonesia bisa memajukan perekonomian, maka yang akan menikmatinya adalah rakyat yang berpenduduk 90 persen Muslim.

Jadi, harus ada pelurusan makna jihad atau prioritas jihad?
Benar, harus ada pelurusan makna jihad dan prioritas jihad. Bahwa jihad bukanlah membunuh orang-orang yang tidak berdosa dan prioritas jihad umat Islam saat ini adalah mengentaskan kemiskinan dan kebodohan umat. Kita sangat setuju jika jihad dilakukan di Palestina dan Checnya. Tapi “berjihad” di Marriot, korbannya adalah satpam yang beragama Islam. Korban dari jihad di Maroko, Riyadh, dan Mesir adalah orang-orang Islam. Karena itu, jihad sangat mengancam dunia Islam.

Apakah pembangunan ekonomi berkaitan dengan perdamaian negeri?
Benar, kemajuan dan pembangunan ekonomi serta pendidikan tidak akan tercapai tanpa terciptanya keadaan damai. Dalam suasana damai inilah perekonomian bisa tumbuh dengan baik dan pendidikan bisa dilakukan dengan maksimal. Karena itu, setiap sudut negeri harus diamankan. Tapi menciptakan keamanan ini harganya tidak murah. Membeli satu senjata bisa membangun satu sekolah.

Jadi, konteks jihad bagi rakyat Indonesia dalam membangun perekonomian, meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan keamanan. Benarkah demikian?
Benar. Pemberantasan kemiskinan dan pendidikan saling terkait. Karena itu, dua-duanya harus dilaksanakan secara konsekuen. Gaji TKI yang lulusan S1 tentu akan lebih besar dari mereka yang hanya lulus SD, SMP, maupun SMU. Di Malaysia, Singapura, dan Filipina TKI kita bekerja dalam bidang hard skill karena mereka tidak mempunyai keterampilan. Ini merupakan masalah yang harus dijadikan prioritas oleh tokoh-tokoh Islam. Kita harus menyadari bahwa kita ini merupakan umat yang tertinggal, bukan umat yang maju. Jadi umat jangan dirangsang melakukan perbuatan yang tidak jelas ujung pangkalnya.

Kalau Anda melihat realitas umat Islam Indonesia, apa yang bisa mereka jadikan modal untuk membangun kemajuan umat?
Saya melihat model kebangkitan umat dari surat al-Mujadilah ayat 11 yang artinya, “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Ayat ini menunjukkan bahwa umat Islam akan tinggi derajatnya karena dua hal, yaitu keimanan dan ilmu pengetahuan atau kemampuan ilmiah. Kalau kita hanya kita memfokuskan pada pendidikan agama, maka kita susah bersaing dengan umat lain. Ciri dari globalisasi adalah teknologi, karena itu penguasaan teknologi merupakan keharusan. Tidak dikuasainya teknologi oleh para TKI adalah penyebab para TKI kita di luar negeri bekerja pada bidang fisik. Ada sebuah semboyan yang harus kita laksanakan, yaitu “tingkatkan iman dan tangkaplah ilmu sebanyak-banyaknya.”

Dalam Islam ada kewajiban-kewajiban yang sangat berdimensi sosial, seperti zakat, infak, dan shadakah. Bisakah semua ini dijadikan pijakan atau dimanfaatkan untuk membangun perekonomian umat?
Zakat, infak, dan sedekah hanya bisa digunakan untuk sementara waktu. Dalam masa jangka panjang, harus ada perencanaan ekonomi. Seperti yang telah kita bicarakan di depan, pendidikan dan kemiskinan saling terkait. Misalnya, mendidik para TKI menjadi orang yang pintar bahasa Inggris. Di luar negeri mereka bisa menjadi resepsionis, jika tidak mereka akan menjadi pekerja kasar atau luntang-lantung di negara orang. Jadi menurut saya, meningkatkan kualitas pendidikan umat akan memberantas kemiskinan.

Ada banyak fakta yang menunjukkan bahwa radikalisme tumbuh subur di tengah masyarakat yang perekonomiannya rendah. Bisa Anda sebutkan kenapa radikalisme menjadi ancaman bagi umat Islam?
Saya melihat radikalisme telah memecah umat Islam. Apa yang terjadi di Irak adalah kekerasan sektarian antara sunni dan syi’i. Mereka saling balas-membalas membunuh. Kekerasan ini tidak akan pernah berakhir jika kedua belah pihak masih terus berusaha menghancurkan pihak lain. Jika kedua belah pihak tidak mau berusaha meredam amarah mereka, kekerasan di Irak akan berkepanjangan. Kita bersyukur karena mayoritas umat Islam Indonesia adalah sunni. Syi’ah ada, tapi jumlahnya sangat sedikit. Iran lebih banyak penganut syiah sehingga tidak mengalami kejadian yang menimpa Irak.(CMM)


Source: http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3800_0_3_0_M

[Study Kasus] Tak Hanya di Kota, Orang Desa Pun Bisa Jadi Wirausahawan Sukses

SENIN, 29 NOVEMBER 2010 10:38

ACEH (Berita SuaraMedia) - Kreativitas bukan miliknya orang kota saja. Di desa pun cukup banyak orang yang kreatif dan pekerja keras. Seperti halnya Khairil Azman, seorang pengusaha kerupuk ikan –Cangrebong– dia mampu mempekerjakan puluhan orang di desanya, Peukan Seruway, Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Memulai usaha tahun 2003 silam, Pak Datuk –panggilan akrab Khairil Azman- terus berusaha mengembangkan bisnisnya. Sejak awal dia memang bertekad bisa menciptakan lapangan kerja bagi warga setempat.

Lokasi usaha yang berada sedikit di pedalaman, tidak menghalangi Pak Datuk untuk maju. Dia bahkan tampil menjadi tokoh pemuda yang mampu memberdayakan desanya. Produknya dikenal di seluruh Aceh hingga ke Medan. Pak Datuk bahkan sampai tidak mampu memenuhi permintaan pasar.

”Sudah banyak pengusaha di Medan dan Pekanbaru yang minta kerupuk ikan, tapi kita belum mampu memenuhinya. Produk kita sekarang ini sebagian besar untuk pasokan ke Banda Aceh, itu pun masih kurang,” kata Khairil Azman.

Meski lokasi usahanya tidak terlalu luas, berada persis di pinggiran sungai Seruway, namun usaha kerupuk ikan ini mampu mempekerjakan sekitar 61 orang, yaitu 52 orang sebagai pekerja produksi (pengolahan) dan 9 orang sebagai penangkap ikan. Sebagian besar pekerjanya adalah perempuan.

Pak Datuk memang memilih konsep ekonomi kerakyatan untuk bisnisnya tersebut. Baginya, lebih penting bila bisa memberdayakan masyarakat di desanya, ketimbang hanya sekedar maraih keuntungan. ”Bila masyarakat bisa kita berdayakan, otomatis bisnis kita juga akan maju. Bila bisnis maju, ya sudah pasti ada keuntungannya,” lanjut Khairil Azman.

Semangat itu pula yang mengawali bisnis kerupuk ikan tersebut. Menurut Pak Datuk, dia memulai usaha karena rasa keprihatinannya melihat banyak orang yang menganggur. Selama ini dia melihat para nelayan yang pulang melaut, pulang dengan membawa berbagai jenis ikan, di antaranya cangrebong-jenis ikan kecil yang banyak terbuang karena tidak bernilai ekonomis. Melihat itu lah kemudian muncul pemikiran untuk mengolah jenis ikan tersebut menjadi produk yang laku dijual dan bernilai ekonomis.

Dia kemudian mencari tahu tentang kerupuk ikan, yang selama ini memang sudah populer di Sumatera Utara. Beberapa orang dia pilih untuk belajar mengolah ikan menjadi kerupuk ikan pada sebuah usaha di Pangkalan Berandan, Sumatera Utara. ”Dari sini lah kita memulai bisnis pengolahan ikan cangrebong menjadi kerupuk ikan,” kata pak Datuk.

Untuk meningkatkan volume produksi dan kualitas, mau tidak mau Khairil Azman harus melakukan modernisasi, terutama untuk pengeringan. Usaha kerupuk ikan ini memiliki kapasitas produksi mencapai 2 ton/bulan, dengan harga jual ke agen Rp37.000/Kg. Untuk memproduksi ikan sebanyak itu, diperlukan bahan baku ikan basah cangrebong sebanyak 14 ton dengan harga perolehan rata-rata Rp2.000/kg.

Kondisi tersebut adalah kondisi dimana pengeringan masih menggunakan tenaga matahari. Jika pengeringan dengan mesin pengering ikan, maka produksi dapat ditingkatkan sampai 150 persen dan dapat menciptakan lebih dari 50 kesempatan kerja baru sebagai tenaga pembelah ikan.

Pengeringan dengan dijemur sangat tergantung cuaca. Jika cuaca hujan dan ikan tidak kering, maka ikan akan berubah menjadi lebih merah sehingga produksi harus ditunda dan kualitas produksi menurun. (ciputraentrepreneurship.com)


Source: http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/usaha-kecil-dan-menengah/33384-tak-hanya-di-kota-orang-desa-pun-bisa-jadi-wirausahawan-sukses.html

[Study Kasus] Si Kaya Antre Crocs, Si Miskin Antre BLT

Kondisi itu terjadi akibat kebijakan pemerintah yang lebih menguntungkan sektor modern.

RABU, 17 MARET 2010, 08:06 WIB

Pipiet Tri Noorastuti, Suryanta Bakti Susila

Description: http://media.vivanews.com/thumbs2/2010/03/17/86707_antrean_sandal_crocs_di_senayan_city_300_225.jpg

Antrean sandal crocs di Senayan City (ANTV/Uni Z Lubis)

VIVAnews - Sepatu Crocs bak sihir bagi masyarakat perkotaan. Dengan mengusung citra antibau, ergonomis, ringan, nyaman, dan antimikroba, sepatu karet berlambang buaya itu berhasil menjadi tren fashion di tanah air.

Ribuan orang rela mengantre berjam-jam dan berdesak-desakan demi memilikinya. Mereka seolah tak ingin kehilangan kesempatan 'emas' memiliki sepatu seharga Rp 450 ribu sampai Rp 1,4 juta itu dengan potongan harga mencapai 70 persen.

Antrean sudah mengular sejak pukul 07.00, meski gerai produk alas kaki asal China yang berada di bawah pemegang merek Colorado itu baru dibuka pukul 09.30. Bahkan, seorang petugas keamanan mengatakan, ada pengunjung yang sudah datang pada pukul 05.00.

Banyak pengunjung yang akhir melakukan aksi balas dendam dengan memborong sepatu karet bersel tertutup itu. Seorang nenek asal Cikampek, Cun Cun, membeli 50 sepatu. "Ini untuk cucu saya, tapi ada juga yang titipan saudara mbak," ujarnya setelah berhasil melewati antrean sepanjang tujuh lantai itu.

Description: Antrean BLTMelihat antrean calon pembeli itu sungguh mempertegas kesenjangan sosial di negeri ini. Sementara mereka berkerumun untuk mendapatkan sepatu mahal, ribuan warga miskin berkerumun mengantre Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau zakat di kala hari raya.

Sosiolog Imam B Prasodjo menjelaskan, komposisi piramida sosial di negara ini tidak imbang. Jumlah warga miskin terlalu besar, meski ada sejumlah warga yang masuk dalam jajaran orang terkaya dunia.

Menurutnya, kondisi itu terjadi akibat kebijakan pemerintah yang lebih menguntungkan sektor modern. Sehingga, warga miskin yang kebanyakan berpola tradisional tidak berkembang. "Jadinya, orang miskin antre kebutuhan, orang kaya ngantre gaya hidup," ujarnya.

• VIVAnews


[Study Kasus] Taufik Kiemas:"Setgab Salahi Demokrasi Pancasila"

SELASA, 28 DESEMBER 2010 | 14:52 WIB

http://image.tempointeraktif.com/?id=51972&width=490

Taufik Kiemas. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua MPR Taufik Kiemas menegaskan bentukan Sekretariat Gabungan itu tidak diperlukan dalam alam demokrasi Pancasila. "Setgab itu salahi Demokrasi Pancasila," katanya dalam acara refleksi akhir tahun MPR RI di Gedung DPR, Selasa (28/12).

Taufik juga tidak mau sekretariat gabungan ini menjelma menjadi sebuah kelompok penekan. Sebab, lanjut dia, "Bagaimana pihak diluar koalisi dan partai lain yang jelas minoritas," ujarnya.

Ketua MPR menilai adanya sekretariat gabungan terkesan membelah Indonesia. "Seolah ada lawan dan teman," katanya.

Taufik Kiemas akhirnya menegaskan juga bahwa negara tidak membutuhkan setgab. Sebab, lanjut dia, "Kalau mengerti demokrasi Pancasila tidak perlu ada setgab," katanya.

Padahal dalam mengurus negara, kata pucuk pimpinan MPR ini, dalam membangun negara ini perlu kebersamaan. "Jika mau mau maju harus bersama," ujarnya.

Pengamat politik Yudi Latief mengatakan benar adanya keberadaan setgab kemudian mengucilkan keberadaan partai lain atau entitas politik lain. Setgab kontraproduktif terhadap penyehatan demokrasi. "Bentuknya hanya kapling kekuasaan," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR dari partai PPP yang merupakan anggota setgab, Lukman Hakim Saefudin mengatakan jika setgab adalah lembaga informal yang seharusnya pembicaraannya tidak di ekspos. Sehingga terkesan ada sebuah dominasi dari kekuatan tertentu. "Padahal di dalam setgab tidak ada penyeragaman," ujarnya.

Lukman mengatakan untuk tidak terlalu khawatir dengan setgab. "Sebab semua yang terlibat didalamnyberbeda kepentingan, sehingga tidak akan ada pemaksaan," ujarnya.

Sandy Indra Pratama

[ISD] H.Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan


“ Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya identities sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Dan oleh Bacon & David Home pengetahuan diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Menurut Imanuel Kant pengehuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman. Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.

Untuk membuktikan pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan :

1. Pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu

2. Pengetahuan dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan

3. Pengetahuan dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai pengeahuan itu.

Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Komponen aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.

Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis, induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.

Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :

1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif

2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada

3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu

4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.

Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah selanjutnya.

Teknologi

Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body ofknowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of arts ) yang mengandung pengetian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknoogi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk mencapai tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).

Teknologi memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.

Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :

1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional

2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah

3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis

4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan

5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung

6. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan

7. otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.

Teknologi yang berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :

1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi

2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer

3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sektor kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.

Alvin Tofler (1970) mengumpamakan teknologi itu sebagai mesin yang besar atau sebuah akselarator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara kuantitatif dan kualtiatif, maka kiat meningkat pula proses akselerasi yang ditimbulkan oleh mesinpengubah, lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan teknologi yang lebih banyak dan lebih baik lagi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.

Kemiskinan

Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :

1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan

2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar

3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi

Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan

sistem nilai yang dimiliki. Dalam hal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.

Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll

2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha

3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD

4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas

5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.

Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga unsur :

1. Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang

2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam

3. Kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural. Selaindisebabkan oleh hal – hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yang membudaya) itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb.obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama radikal dan meluasnya.